#kakak terbaik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tabarruj.
Di antara perkara yang perlu diketahui bagi seorang muslim maupun muslimah, salah satunya juga termasuk tabarruj.
Mengapa? Sebab tabarruj merupakan salah satu bentuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan termasuk dosa besar, sehingga menjadi penting bagi keduanya, baik laki-laki maupun perempuan menaruh perhatian mengenai tabarruj dan model-modelnya, agar bukan hanya menjadi bagian dari penjagaan bagi dirinya (perempuan), namun juga penjagaan laki-laki bagi keluarganya (ibu, kakak, adik perempuan, istri dan anak perempuannya).
Di mana hal tersebut juga berkorelasi agar seorang lelaki tidak tergolong sebagai ad-dayyuts (yang tidak memiliki rasa cemburu dengan membiarkan keluarganya bermaksiat tanpa mengingatkan) atau justru yang menyuruh istrinya bertabarruj dan memamerkannya di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram).
Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Ustaz Firanda hafidzahullah, sebagaimana yang saya cantumkan di atas, berikut beberapa tambahan dari sumber lainnya (ukhtiakhitanpaselfie), yang saya rangkum di bawah ini, terutama sebagai pengingat sekaligus perbaikan bagi diri saya pribadi.
1. Terbukanya aurat.
Aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan (punggung tangan), sehingga bagian kaki, bawah dagu dan pergelangan tangan (batasnya hingga bagian yang ada tulang menonjolnya) juga merupakan aurat.
Hukum menutup aurat adalah wajib, sehingga bagian-bagian anggota tubuh yang menjadi aurat di dalam salat, maka termasuk bagian-bagian yang juga wajib ditutup di luar salat, terutama jika di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram).
Adapun hukum menutup wajah, terdapat khilaf (perbedaan pendapat). Pendapat yang membolehkan, berdalil bahwa wajah bukan merupakan aurat, sedang pendapat yang mewajibkannya untuk menutup, berdalil bahwa wajah merupakan pusat keindahan. Wallahu a’lam bish-shawabi.
2. Menggunakan pakaian yang tidak syar’i.
Disebutkan salah satu karakteristik pakaian yang tidak syar’i adalah menggunakan pakaian yang menarik perhatian lelaki.
Pada hakikatnya fungsi hijab atau pakaian adalah untuk menutupi, termasuk menutupi keindahan atau kecantikan; bukan untuk menghiasi atau memperindah diri, sehingga apabila seorang muslimah memakai pakaian yang panjang dan longgar, namun pakaian tersebut justru mempercantik dirinya. Inilah yang juga dikategorikan sebagai pakaian yang tidak syar’i.
Mengapa? Sebab perempuan saja sudah menjadi fitnah, maka Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan syariat baginya untuk menutup aurat, sehingga setelah menutup aurat dengan hijab dan pakaiannya, ia pun perlu menjaga hijab dan pakaiannya tersebut agar tidak menimbulkan fitnah yang serupa bagi laki-laki ajnabi (non mahram), dengan begitu barulah akan tercapai fungsi hijab dan pakaian itu sendiri yaitu agar lelaki tidak terfitnah olehnya dan penampilannya.
Dan, hal ini juga menjadi bukti kejujuran seseorang di hadapan Rabb-nya, apakah ia berhijab atau berpakaian untuk menaati Rabb-nya atau untuk tampil cantik di hadapan manusia? Sebab jika tujuannya agar terlihat cantik, maka itulah yang dinamakan syahwat, sedang jika tujuannya adalah agar diridai oleh-Nya, maka inilah seorang muslimah yang benar-benar mengharapkan wajah Allah Subhanahu Wata’ala.
Yang demikian juga bukan berarti seseorang tampil lusuh atau tidak merawat diri, sebab yang tidak diperbolehkan adalah berpenampilan menarik di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram), sehingga mereka menjadi terfitnah.
Sebagaimana terdapat anjuran untuk memakai pakaian terbaik pada malam-malam terakhir di bulan Ramadan, di mana hal tersebut justru menunjukkan kejujuran dan keikhlasan seorang muslimah dalam beribadah serta keinginannya untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar yaitu dengan membersihkan diri, memakai baju yang bagus dan minyak wangi di dalam rumahnya, hanya di hadapan suami dan mahramnya atau sesamanya (perempuan).
Beberapa hal terkait pakaian yang perlu diperhatikan, di antaranya:
Pemilihan bahan. Hindari bahan-bahan yang apabila tertiup angin akan menjiplak seperti bahan jersey atau yang serupa sehingga sekalipun panjang dan longgar, namun seakan telanjang.
Pemilihan warna. Tidak harus warna hitam, asalkan tidak menarik perhatian.
Pemilihan potongan, seperti ujung lengan ruffle, lengan bishop, berlayer atau yang serupa. Motif, seperti bercorak, bergaris, berbunga-bunga atau yang serupa serta penambahan aksesoris dan hiasan yang terdapat pada pakaian, seperti renda, lace atau yang serupa yang dapat menambah kesan indah dan menarik perhatian.
Berpenampilan syar’i itu pada hakikatnya sederhana, adapun manusianya yang justru mempersulit dengan banyak gaya. Panduannya adalah Alquran dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bukannya trend fashion kekinian.
3. Perhiasan.
Seorang muslimah diperbolehkan memakai perhiasan, meski demikian yang tidak diperbolehkan adalah menampakkan atau membunyikannya di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram), sebagaimana dalam QS. An-Nur: 31.
Semisal, menampakkan anting, kalung, gelang tangan atau kaki di mana perhiasan-perhiasan tersebut terdapat pada anggota tubuh yang termasuk dari bagian-bagian aurat perempuan, sehingga tidak diperbolehkan tampak di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram), juga meski tidak terlihat (gelang kaki) tidak diperbolehkan terdengar.
Memakai cincin diperbolehkan dan tidak mengapa tampak, asalkan bentuknya tidak menarik perhatian.
4. Selain daripada pakaian dan perhiasan, tabarruj juga dapat meliputi tas, sepatu dan apa pun yang dipakai oleh perempuan yang dapat memperindah penampilannya, sehingga hal tersebut pun perlu diperhatikan, juga mengenai penutup kaki, dagu dan manset tangan sebaiknya hindari memakai warna yang menyerupai warna kulit, agar semisal ketika berjalan atau terkena angin, tidak dikira kulitnya yang terlihat, disebabkan memakai kaus kaki yang menyerupai warna kulit.
5. Berbicara dengan manja atau genit.
Termasuk di antaranya melalui tulisan atau emoji kepada laki-laki ajnabi (non mahram) ketika berbalas pesan. Di antara sebuah keharusan ketika membalas pesan dari laki-laki ajnabi (non mahram):
Membalas sesuai kebutuhan.
Hindari basa-basi (to the point).
Batasi intensitas dalam berkomunikasi.
Hindari penggunaan emoticon.
6. Memakai wewangian.
Dibolehkannya seorang muslimah memakai wewangian sekadar untuk menghilangkan bau, selama tidak sampai menimbulkan wangi, semisal memakai deodoran. Begitu pun dengan pewangi pakaian, jika muncul wangi yang semerbak dari diri perempuan, maka hal tersebut tidak diperbolehkan.
Dan hal ini berlaku jika melewati laki-laki ajnabi (non mahram). Ketika hanya ada sesama (perempuan), mahram (tidak mengapa) atau suami (dianjurkan) memakai wewangian.
7. Ikhtilat.
Di antara bentuk tabarruj juga termasuk bercampur baur dengan laki-laki ajnabi (non mahram).
8. Berhias dengan make up.
Di antaranya termasuk memakai celak mata dan lain-lainnya. Dibolehkannya seorang muslimah memakai celak mata dan lain-lainnya itu, jika dirinya berada di antara sesamanya, di hadapan suami atau mahramnya.
Namun, jika di hadapan laki-laki ajnabi (non mahram) hanya diperbolehkan sebatas memakai skincare seperti pelembab (untuk merawat kulit) yang tujuannya tidak untuk berhias.
Sehingga, semua hal yang ditampakkan oleh seorang muslimah yang bisa menggerakkan syahwat laki-laki ajnabi (non mahram), inilah yang dinamakan dengan istilah tabarruj dan itu diharamkan.
Seorang muslimah memiliki kewajiban untuk menutup aurat, namun tujuan dari menutup aurat bukan hanya sekadar menutup aurat, melainkan juga menutup perhiasannya.
Sebagaimana ulama berpendapat bahwa syarat menutup aurat, dengan hijab dan pakaiannya tersebut bukan merupakan perhiasan. Apabila segala yang dipakai oleh perempuan justru menarik perhatian laki-laki ajnabi (non mahram), maka itulah yang dinamakan perhiasan, sehingga inilah yang juga perlu diperhatikan, bukan sekadar panjang, longgar maupun memakai cadar tetapi juga tidak menjadi sumber fitnah bagi laki-laki ajnabi (non mahram), melalui perhiasan yang dipakainya, meliputi bahan, warna, bentuk, motif dan lain-lainnya.
Dan selain di dunia nyata, di dunia maya pun perempuan juga perlu menghindari agar lelaki tidak terfitnah olehnya. Ada nasihat yang menarik, yaitu jangan jadikan rumahmu seperti akuarium yaitu di mana ragamu di rumah, namun foto atau videomu bisa dilihat orang di mana-mana.
Di media sosial, siapa pun bisa mengaksesnya, tidak hanya leluasa untuk dilihat, siapa pun juga leluasa untuk menyimpannya tanpa seizin dan sepengetahuanmu.
Dan jangan pernah merasa aman, sebab kamu hanya mengunggah di second account atau fitur closed friend saja, siapa tahu pasangan dari temanmu sedang membuka media sosial temanmu atau sedang bertukar media sosial satu sama lainnya, maka yang paling aman adalah dengan tidak bermudah-mudahan untuk mengunggahnya.
Jadilah tersembunyi, sebab itulah hakikat menutup aurat. Jika masih ingin dilihat, maka belum tercapailah fungsi dari menutup aurat dengan sempurna, meski sudah memakai cadar, pakaian panjang dan longgar bahkan hanya seujung kain gamismu atau foto tampak belakang.
Mudah? Tidak, namun amalkanlah hal ini, sebab cintamu kepada-Nya. Bukankah cinta bisa membuat yang pahit menjadi manis, yang mahal menjadi tidak bernilai? Dan bukankah seseorang yang mencintai senantiasa akan melakukan apa pun demi yang dicintai?
Seperti halnya, larangan tabarruj, sehingga tidak boleh begini dan begitu, bertolak belakang dengan hawa nafsu, maka di sinilah inti ujiannya. Jika cintamu kepada-Nya lebih kuat daripada hawa nafsumu, bukankah larangan itu menjadi kecil dan tidak ada artinya? Sehingga mudah bagimu untuk mengamalkan, “Kami dengar dan kami taat.”
Namun, berbeda halnya, jika hawa nafsumu yang lebih kuat, maka bagimu ini akan merepotkan, “Lebay banget deh.” Celetukmu.
Dan inilah mengapa tabarruj juga penting diketahui oleh seorang lelaki. Selain, untuk mengingatkan mereka, juga jangan sampai ketika para perempuanmu (ibu, kakak, adik perempuan, istri dan anak perempuanmu) sudah mampu menjaga dirinya, sudah mampu mengamalkan perintah yang berat ini bagi dirinya, justru kamulah yang dengan mudahnya memamerkan mereka di hadapan laki-laki lain yang bukan mahramnya.
Salah satunya dengan mengunggah foto istrimu di media sosial atau sebagai foto profil untuk menunjukkan, “Bojoku yo ayu kok.”
Tidak perlulah seluruh dunia tahu kecantikan istrimu. Tidak perlulah terpancing dengan komentar orang lain, “Halah bojone diumpetke mergo isin.”
Jangan pedulikan suara-suara bising itu. Namun, jadilah garda terdepan untuk menjaga keluargamu dari tatapan-tatapan laki-laki lain yang bukan mahramnya, salah satunya di media sosial, termasuk sebagai foto profil.
Jika kamu tidak bisa mengendalikan imajinasi para lelaki itu, maka kendalikan apa yang tidak perlu mereka ketahui. Sembunyikanlah kecantikan perempuanmu (ibu, kakak, adik perempuan, istri dan anak perempuanmu) misalnya.
Dan bagi perempuan, selain berhati-hati dalam menjaga diri, juga agar tidak merasa insecure sebab fotomu tidak dipajang di media sosial atau sebagai foto profil suamimu. Inilah previlige yang kamu miliki yaitu memiliki suami yang pencemburu yang tidak rela kecantikan istrinya juga dinikmati oleh lelaki lain selain dirinya.
“Halah itu mah alibi aja supaya bisa tebar pesona sama perempuan lain, biar dikiranya single.”
Jika pun benar demikian, Allah Subhanahu Wata’ala Mahatahu. Seseorang yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, hidupnya tidak akan tenang.
54 notes
·
View notes
Text
Hari itu aku ngobrol sama salah satu sahabatku. Kepikiran ngga nanti meninggal seperti apa. Siapa kira kira yang akan bantu urus semuanya. karena aku bukan orang baik, jadi suka ovt sama akhir usia. Dan sahabatku jawab sambil senyum
"kak, kenapa ga berharap dan minta sama Allaah meninggal di mekkah atau madinah ? Di tempat terbaik, di urus sama orang - orang yang Allaah pilih dan mereka memuliakan Allaah."
huhu masih inget banget obrolan itu, bi idznillaahi ta'ala. tapi yang paling dalem dari obrolan itu adalah belajar untuk ngga berharap atau bergantung kepada siapapun, selain Allaah 🥀 Cukup Allaah, biar Allaah yang atur semua tentang kita, sampai akhir nanti....
— itu pertemuan terakhir kami beberapa bulan lalu, sekarang beliau menetap di jepang. Kak, semoga Allaah menjaga kakak selalu.
26 notes
·
View notes
Text
Kapal Kita akan Berlayar ke Tempat Terbaik
Hari itu, aku mengirim sebuah berkas, sepuluh halaman banyaknya. Mungkin kamis malam ku kirim dengan tergesa-gesa. Yang ada dipikiranku hanya, setelah ini aku harus fokus menyiapkan ujian, memperbaiki ruhiyah dan menyiapkan tes hafalan esok hari.
Jumatnya, aku benar-benar siapkan hafalan sejak pagi. Setelah berhari-hari dalam keadaan demam dan lemas, ku paksakan diri untuk bilang ke mentorku, bahwa aku akan siap ujian pukul 5 sore.
Hari jumat sore menjelang maghrib. Bukan kah adalah waktu terbaik untuk banyak memanjatkan doa? Sedangkan aku harus berlapang dada menelpon mentor untuk ujian Surat Al-Mu'minun. Hanya beberapa ayat, tapi begitu banyak yang dipersiapkan karena harus memahami makna tiap ayatnya.
Ayat pertama masih biasa aja. Berjalan ke ayat berikutnya, tangisku pecah. Tak kuat melanjutkan ayat demi ayat di halaman pertama. Walaupun akhirnya sampai juga pada ayat terkahir yang harus disetorkan. Kak Di langsung bertanya, "kalaulah boleh tau, kenapa kakak sampai menangis sebegitunya?"
Tangisku tentu pecah lagi, aku banyak merenungi ayatNya. Jauh rasanya dari orang yang Allah maksud dalam ayat-ayat ini, ayat tentang orang yang beriman. Tentang mereka yang Allah hadiahkan Surga di dalamnya. Aku bilang, ayat ini juga yang membantuku untuk menulis lembaran demi lembaran berkas yang ku kerjakan.
Tau apa yang membuatku bersyukur sore itu? Beliau mendoakan banyak kebaikan untukku. "Semoga selayaknya kapal Nabi Nuh yang mendapatkan tempat mendarat terbaiknya, semoga kapal kakak juga menemukan tempat pendaratan terbaik dari Allah." Tentu banyak ku aamiin-kan. "Semoga ayat-ayat ini juga membersihkan hati kakak ya," lagi dan lagi ku aamiin-kan dengan takzim.
Ternyata sore itu, Allah mau orang lain mendoakan ku dengan lisannya. Doa orang sholih yang ku harap semoga Allah ijabah.
Semoga, kapal kita akan berlayar pada tempat-tempat terbaik menurut-Nya, pada pendaratan terbaik versi-Nya.
Depok, 18 Juli 2024
26 notes
·
View notes
Text
Ikhtiar Menemukan Pendamping Hidup (2)
"Ya Allah, aku memang belum baik. Masih banyak kekurangannya dan malu untuk meminta pasangan yang shalih dan mencintai Quran. Tapi orang tuaku, mereka adalah orang yang baik dan mencintai Quran. Ya Rabb. Kalau memang aku belum pantas mendapatkan suami seperti itu, izinkan orangtuaku mendapatkan menantu seperti itu ya."
Itu doa seorang teman yang dia ceritakan kepadaku. Berhubung dia anak perempuan satu-satunya di keluarga, jadi dari narasi doa seperti itu sudah tersirat maksudnya ke Allah ialah menantu untuk orangtua yang tidak lain akan menjadi suaminya. 😂
Tidak berhenti disitu saja, tapi dia dan ibunya serius untuk merayu Allah agar dihadirkan laki laki shalih dan cinta Quran yang kelak akan menjadi suami dan menantu di rumah tersebut. Karena hajat yang diminta besar, maka wasilah menuju kesana juga tidak main-main. Mereka berdua, tilawah 8 Juz sekali duduk. (Buatku itu sungguh tidak main-main 😂)
Dengan izin Allah, datanglah laki laki shalih, hafizh Quran, pejabat kampus, yang ketika dia menyebarkan undangan, orang-orang terkejut. Haah kamu nikah sama si itu? Masya Allah!!
Padahal tidak pernah berinteraksi sebelumnya dengan calon suami meski satu kampus. Pada usia yang sekeliling sepupunya sudah menyumbang cucu untuk nenek. Masa penantian mencari suami sebelumnya ia putuskan untuk hijrah ke luar pulau selepas sarjana, mengajar di sebuah pesantren selama setahun lalu hijrah lagi ke kota Bandung, melanjutkan studi S2 di ITB. Disana pun melanjutkan kembali hafalan Quran di lingkungan yang mendukung.
Pada usia tersebut, galaunya pasti ada, tapi alih-alih mencoba peruntungan dengan mendekat ke laki-laki yang dianggap berpotensi, atau mengeluh di sana sini, ia lebih memilih mengadukan semua kepada Illahi dengan terus mengasah kualitas diri.
Teringat lagi kisah tiga laki-laki yang terperangkap di dalam gua. Juga ayat di Quran yang membolehkan kita untuk mencari wasilah. Dan sebaik-baiknya wasilah ialah amal shalih.
Jadi, mungkin bisa dicoba sebagai ikhtiar. Mengingat kembali suatu amalan yang sudah pernah kita kerjakan dan kita ingat dalam pengerjaannya, tak ada tersirat nafsu riya disana. Lalu memohon kepada Allah. Ya Rabb, seandainya Engkau ridha aku pernah melakukan hal ini atau hal itu tolong kirimkan pasangan yang shalih untukku, juga menantu terbaik untuk orangtua, dan ipar yang baik untuk kakak adikku.
Namun karena kualitas diri kita jauh dibandingkan tiga laki-laki yang terperangkap dalam gua, doa itu jangan dituntut untuk segera pengabulannya. Terus diucapkan, hingga sampai di titik dimana kita terperanjat syukur karena terpesona dengan indahnya skenario hidup yang Allah ciptakan. Dan tak henti memantaskan diri, untuk senantiasa bertahan menyusuri jalan hidup yang baik meski tak menjadi yang paling unggul disana. Menjadi yang biasa saja tak apa, asal istiqomah senantiasa bertahta.
23 notes
·
View notes
Text
Tak Ada Yang Salah
Setiap manusia terlahir dengan perasaan yang ia bawa sejak lahir. Perasaan tsb menjadikan manusia mudah berlemah lembut kep sesama, tak keras apalagi kasar sehingga menindas, juga enggan merasa lelah sebab yang terkasih selalu ada menemani perjuangan. Ialah cinta, kata sederhana yang sarat akan makna. tumbuh membersamai manusia hingga akhir usia. jutaan penyair berlomba-lomba mendefinisikan cinta dengan majaznya, pujangga enggan lelah menyelesaikan bait-bait puisinya, anak muda pun kian gemar mengenal & bersahabat dengannya. tak ada yang salah dengan cinta, sebagaimana tak ada yang salah dengan ciptaan-Nya. kasih sayang ayah ibu pada anak, guru pada murid, kakak pada adik, tetangga & tetangga, sesama rekan kerja, dan itu tak ada yang salah. Ketertarikan seseorang kep seseorang misalkan, apakah perasaan itu adl sebuah kesalahan? Apakah mengenalnya adl sebuah kekhilafan? Apakah melangitkan doa untuk kiranya diperkenankan bersama adl sebuah kekeliruan? Lalu timbul pertanyaan mengapa perasaan itu diciptakan? Apakah untuk saling menyakiti? Ataukan saling mengoles obat pada luka-luka yang tak pulih? tentu jawabannya tidak. mustahil Allah menciptakan sesuatu untuk menyakiti hamba-Nya. Perasaan cinta tak pernah salah, namun kesalahan sebenarnya terletak pada bagaimana ekspresi atau tindakan seseorang yang berprasaan tsb. banyak dr manusia merasa sudah memiliki, padahal langit belum memberi izin. Banyak dr manusia menjadikannya tujuan, padahal waktu belum berkemauan untuk menyatukan. Banyak dr manusia mudah mengikat janji, padahal ikrar akad belum terucapi. Banyak dr manusia melumrahkan pertemuan, jalan-jalan, hingga kenangan, padahal syariat jelas-jelas belum menghalalkan. Hingga diujung cerita manusia menggores lukanya sendiri, lalu kemudian bingung bagaimana hendak mengobati. tak ada yang salah dengan cinta. Melihatnya dari kejauhan mungkin memang menyenangkan, mendengar cerita baik buruk tentangnya juga menggembirakan, hingga tahu kekurangannya kadang-kadang hanya membuat kita tertawa tanpa sadar bahwa itu perlu dipertimbangkan. Melihatmu, mendengar namamu, menyimak ceritamu, mengetahui keseharianmu, mimpi-mimpi besarmu, kenangan penting dalam hidupmu, bagaimana engkau melewati hari-harimu yang berat, bagaimana engkau mempoles luka-lukamu yang perih, bagaimana keadaan ibu bapak & saudara saudarimu. Percakapan-percakapan sederhana yang mungkin memang menarik, akan tetapi tidak, maaf saya lebih pilih berkahnya. Ibadah, kebaikan, wawasan, pengalaman, ruh perjuangan seseorang sudah pasti mudah melemahkan hati. tapi semua akan tetap bernilai ibadah jika manusia sadar bagaimana harus mengambil langkah. tidak mungkin disebut syariat jika ia bukan jalan yang mengantarkan manusia pada kehidupan jauh dari maksiat. Tidak mungkin dihadiahi kecewa jika hamba-Nya mampu melewati dilema hatinya yang berat. So, semangat berjuang. Semangat berproses. Semangat menjadi peribadi yang lebih baik. Jadikan syariat jalanmu maka Allah akan menghadiahi salah satu hamba terbaik-Nya untukmu.
42 notes
·
View notes
Text
Anak tengah sayang..
aku tak ingin membesarkan hal-hal demikian. Namun hatiku selalu tersentuh bila menemukan postingan yang demikian. Sejak kecil hingga tumbuh sebagai seorang dewasa, anak tengah cenderung lebih suka memendam apa yang mereka rasakan. Tak pernah benar-benar menyampaikan apa yang mereka inginkan atau hal-hal yang sedang bergemuruh didalam hatinya. Mereka demikian sebab mereka tumbuh dan terekam bahwasanya Bapak menyayangi anak pertama sementara Ibu milik si bungsuh dengan begitu rekat.
Anak tengah harus begitu ekstra untuk membuktikan bahwa merekapun juga layak dan berhak untuk diperhatikan dan diprioritaskan. Sebab mereka tak pernah benar-benar memiliki apa yang mereka punya.
Anak tengah lebih sering dapat lungsuran barang dari kakak pertama, sementara ketika mereka punya barang sendiri dan adik memakainya ia lebih sering diminta untuk mengalah. Tak pernah ditanyai tentang perasaan mereka atas hal yang demikian.
Ia tumbuh dengan lebih kuat sebab seringkalinya diabaikan. Bagi mereka pengabaian adalah teman tumbuh mereka.
Anak tengah tumbuh sebagai seorang negosiasi untuk kedua saudaranya, menjadi seorang yang lebih sering mendengar dibandingkan menyampaikan apa yang mereka rasakan. Bagi mereka, menelan semua kepahitan adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. Seseorang yang lebih sering diandalkan dirumah, lebih peka dengan keadaan dan situasi yang ada. Anak tengah lebih banyak memberontaknya, sebab bagi mereka hanya diri mereka sendiri yang bisa menolong setelah Tuhan.
Ahh, ini bukan berarti sedang mengeluh. Tapi lebih kepada agar bisa berdamai dengan luka dimasa lalu. Semua orangtua telah memberikan yang terbaik untuk semua anaknya. Maka ketika tumbuh jadi orang dewasa maafkan semua yang telah melukai dan perbaiki apa-apa yang memang bisa diperbaiki. Jadi orangtua tidak pernah mudah, maka jalan keluar terbaik adalah dengan mendoakan kebaikan untuk keduanya.
64 notes
·
View notes
Text
Does Education Change People’s life?
Kemarin kan ke Bandara nyenpetin ketemu kaivan yang transit di Melb sebelum ke Brisbane, seperti biasa kalau ketemu Kaivan tuh banyak banget yg dibahas, termasuk mbaknya kaivan yang resign terus beliau nyari lagi platform Maisyah.Id, sama kaya waktu aku cari ART.
Terus kaivan cerita kalau yg ngelamar tuh pada beyond expectation banget. Sampe yang sekarang akhirnya diambil sama kaivan itu anak FKM UI (UI Loh UI!) tapi jadi ART karena putus kuliah di tengah jalan karena nggak ada biaya :( anaknya pinter, mudah diberikan arahan bahkan bisa nyetir. Tapi ternyata agak ada gangguan jiwa karena suka tiba2 ngomong sendiri. Jujur seddihhhhhh bgt dengernya :( gak kebayang rekkk, beban yang ditanggung anak itu juga sampe dia agak2 halusinasi kaya gitu huhuhu :(
Sebagai anak yang mengamini bahwa pendidikan can change and leverage people’s life, makanya waktu itu kan gue maksa pindah dari UIN ke UI karena ngerasa lingkungan UIN gak oke banget untuk berkembang. Bahkan waktu itu gue mau apply scholarship malah ditanya gue lulusan pesantren mana krn yg boleh apply cm lulusan pesantren while itu gak tertulis dipersyaratannya like???!
Anyway, despite of my life story. Kujuga berusaha untuk menerapkan itu ke pengasuhnya Hannah. Dia lulusan salah satu SMA terbaik di Jakarta tp nggak bisa kuliah karena kehalang biaya (ANJIR PAS NULIS INI GUE MAKIN MARAH COY SAMA BADJINGAN-BADJINGAN KORUPTOR DAN PEMERINTAH YG HURA-HURA NGABISIN DUIT BUAT HAL GAK ESENSIAL). Akhirnya kutawarin untuk kuliah di UT, alhamdulillah udah mau masuk semester 3 dan semoga bisa terus lancar sampe nanti lulus di semester 8.
Walau di 2 semester ini kulihnya masih full online karena turbulensi keluarga dia yg terjadi (kupindah ke Oz, dia jadi hrs pulang ke rumah dan mengurus rumah krn bapak ibunya cerai hiks) tapi semoga ada hal baik yg bisa dia dapat dari perkuliahan dia.
Gue berusahaaa bgt untuk support dia sebisa gue. At least if i can’t be “bermanfaat” buat banyak orang, i can “bermanfaat” untuk satu org lah. Itu prinsipnya skrg :(
Hari ini, dia berangkat ke Yogya. Dia emang pernah cerita ke gue kalau dia pengen banget ke Yogya karena belum pernah. Terus gue berpikir lah, ngapain ke yogya kl cuman buat jalan2, gue juga kondisinya disini nggak berlebihan. Dan kulihat waktu itu kontennya @zhriftikar yang lagi ambil sertifikasi baca qur’an dengan metode UMMI, kujadi kepikiran kenapa kakak ika (pengasuhnya Hannah) nggak ambil sertifikasi ini juga aja? Karena dia sblm kerja di aku sebenernya dia buka TPA kecil2an gitu di rumahnya, berbekal dia belajar tahsin di sebuah rumah Quran gratis (duh jd pengen punya juga!). Jadi akhirnya kuputuskan dia ke Yogya untuk belajar sampe sertifikasi metode UMMI biar pas dia pulang nanti dia bisa cari kerja dengan modal itu.
Beruntungnya, akutuh punya temen2 yang superrrrrrr baik selama di Yogya Alhamdulillah wasyukurillah alaa bini’maatihi taatimusshalihaat. Aku cerita sama Apik kalau kakak ika mau ke Yogya belajar quran, qadarullah dia nawarin kakak ika untuk part time di wuffy! YaAllah mau bgt laah krn aku nggak ngasih uang jajan juga buat dia, cuman ngongkosin.
Terus awalnya mau tinggal di asrama mahasiswa ibunya zahra, tp karena penuh, akhirnya kutanya ke Rave apakah kakak ika bisa tinggal di rumah Rave, dan ternyata bisa! YaAllah, rezeki! Rave malah juga seneng krn suaminya kerja di Solo jadi beneran yg pagi pergi pulang malem gitu. Dan kebetulan Rave juga belajar metode UMMI jadi bs berangkat belajar bareng sm Rave, Alhamdulillah 🥹
Jujur walaupun ku support dengan agak seadanya (biaya kuliah di UT tuh satu semester cuman 1.3 juta!) tapi kuselalu mendorong kakak ika untuk bisa punya kegiatan lain selain kuliah juga. Kemarin beberapa kali kuminta daftar beasiswa NICE, FIM 25, terus ada pelatihan apa gitu. Walau belum pernah lolos tapi semoga someday bisa lolos dan kakak ika bisa punha jejaring yang banyak dan keren.
Semoga kakak ika bisa belajar banyak di Yogya. Bisa ketemu temen2ku yang baik. Ketemu sama orang2 baik di Yogya dan Solo dan mulai membuka jejaring untuk dirinya.
Semoga, pendidikan bisa me-leverage hidupnya.
Bonus foto kakak ika excited bgt mau ke Yogya
14 notes
·
View notes
Text
In the time of everything feels like moving in a hurry, settling in placed to work hard to maintain the goal of medical clerkship, lulus ukmppd oneshot dan tepat waktu (kata orang-orang, kalau aku sih ndak hehe)
Alhamdulillah, Allah perkenankan satu atau dua pengingat, yang agaknya apabila dirasa mungkin sangat sepele; melihat story teman - teman whatsaap.
Kalau ternyata di tengah kesibukan pun, belajar agama juga teta harus digalakkan. Kajian-kajian yang walaupun gagal untuk diikuti streaming ontime nya, tapi setidaknya begitu banyak rekaman yang bisa dijadikan pengganti. Buku-buku yang mungkin saat ini rapih ada di rak buku, tapi sesungguhnya mereka bisa saja berserakan di meja belajar agar terlihat dan akhirnya berkenan dibuka. Jadwal kajian offline yang mungkin banyak terlewatkan, sesungguhnya apabila dapat membagi waktu dengan baik, bisa juga kita mengikuti walaupun terlambat; minimal meminjam catatan teman yang bisa hadir duduk di majlis ilmu.
Iya, bukan kita, tapi Allah yang mampukan. Hadirnya story yang bersliweran di whatsapp, bukanlah sebuah kebetulan, sudah Allah atur. Pengingat, motivasi, dan penggelora agar kembali on-track sesuai visi dan pandangan apa yang mau di raih.
MasyaAllah, semoga kuat visi juga misinya ya, Nad!
NB : story salah satu kakak pementor terbaik, yang semoga Allah jaga beliau selalu, sedang memperlihatkan tulisan Prof Al-Attas mengenang istri beliau, yang begitu mulianya mengemban peran juga dengan kecerdasan beliau yang membuat beliau cantik secara fisik, batin, maupun aqal.
"Its a truly inspiration"
Untuk Nadya yang masih berlatih, jatuh-bangun, jatuh lagi dan terjungkir dalam meraih aqal, ruhiyah, jiwa juga hati agar tertata sesuai dengan misi penciptaan.
9 notes
·
View notes
Text
Berjihad
"Nggak papa, Haya. Ayah tuh pergi berjihad, mencari nafkah biar kita bisa sekolah", hibur Rafika kala Haya menangis karena ingin tidur bersama Ayah
Beberapa waktu terakhir Ayah sedang banyak jaga malam sehingga tidak tidur bersama kami. Karena sebelumnya selalu tidur bersama Ayah, anak-anak jadi merasa kehilangan Ayah kali ini. Tidak jarang mereka menangis karena kangen Ayah. Terlebih Haya, yang lebih dekat dengan Ayah dibanding kakaknya. Atas pertolongan Allah, Alhamdulillaah, Kakak bisa banget menghibur Haya dengan kata-kata di atas :")
Saya jadi banyak merenung. Terlebih hari-hari kemarin ketika saya menyiapkan presentasi tentang Perang Uhud untuk sebuah Halaqah Sirah. Kata-kata dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Syaikh Mubarakfury berubah jadi scene-scene menggetarkan jiwa dalam benak saya.
Terbayangkan dengan jelas betapa para sahabat amat merindukan panggilan jihad dan amat bahagia ketika panggilan itu akhirnya datang. Di medan jihad pun mereka begitu all out mengerahkan seluruh kemampuannya. Bahkan disebutkan pedang Hamzah bin Abdul Muthallib mampu membuat musuh berguguran bagai daun-daun kering yang berguguran. Az-Zubair bin Al-Awwam melompat bagai singa dan langsung dapat membuat Thalhah bin Abu Thalhah terbunuh dalam sekali tebas. Mush'ab terus saja mengangkat bendera meski dengan leher dadanya karena kedua tangannya telah putus.
It brings me to a deep reflection. Kalau dulu para sahabat berjihad dengan pedang, para laki-laki hari ini berjihad dengan pengetahuan dan skill di dunia kerja. Dan seperti juga dulu para sahabat menghadapi musuh, yang laki-laki hadapi pun tidak ringan. Tuntutan pekerjaan, drama dengan teman kerja, tuntutan kebutuhan rumah tangga, target kenaikan jabatan, perjalanan pergi dan pulang di jalanan yang macet, dan tentu masih banyak tantangan lain yang para suami ini alami dalam jihadnya.
Kalau perginya laki-laki untuk mencari nafkah untuk keluarganya adalah jihad, maka ketika melepas suaminya bekerja, mestinya seorang istri selayaknya melepas suaminya berjihad di medan perang. Ia akan menyiapkan perbekalan paling baik dengan penuh cinta. Hatinya mesti penuh dengan keikhlasan dan tawakkal. Lisannya akan terus basah oleh doa dan dzikir. Karena bisa jadi, saat seorang istri melepas suaminya bekerja adalah saat terakhir perjumpaan keduanya.
Dan, kalau di medan jihad para sahabat berjihad dengan demikian kerasnya maka tentu mereka membutuhkan kelembutan dan ketenangan ketika pulang ke rumahnya. Sambutan hangat, senyuman, pelukan, makanan yang telah siap saji, dan cerita penuh kesyukuran kiranya adalah yang laki-laki perlukan setelah berpeluh di dunia yang keras. Bukan istri yang cemberut, suka mengomel, suka mengeluh dan banyak menuntut yang ia inginkan.
Menulis ini sebenarnya adalah tamparan keras untuk diri sendiri. Ternyata selama ini masih belum menyadari hakikat tugas mencari nafkah-nya suami. Yang mana bukan sekedar rutinitas atau formalitas, melainkan bisa menjadi persembahan terbaik untuk Rabb yang telah memberi segalanya. Masih jauhhhhhh sekali untuk menjadi istri seperti di atas :")
Istighfar banyak-banyak.
11 notes
·
View notes
Text
Perjalanan 25 tahun
Kalo gak gagal daftar beasiswa, gagal daftar kampus yang dipengenin sejak S1, tiba" sakit yang harus di kontrol selama 12 tahun kedepan dan patah hati.. aku gak bakal belajar :
1. Belajar buat semua ada masanya.
2. Belajar legowo atas ketetapan Gusti Allah.
3. Belajar tindakan/respon orang lain itu di luar kendali kita.
4. Belajar kalo nanti Allah akan memberikan yang terbaik sesuai apa yang aku butuhkan bukan di inginkan.
5. Belajar buat lebih dewasa dalam menyikapi semua hal yang datang di hidup.
6. Belajar love self first before others.
7. Belajar lebih fokus kepada orang" yg bener" sayang dan tulus
ya meskipun rasanya babak belur, karena datang di waktu yang bersamaan. hancur jujur, nangis entah keberapa kali. makan sampai muntah" padahal sini makannya selalu lahap, sholat, ngaji, kerja habis itu nangesss. aih.. sekarangpun kalo keinget masih sesek tapi ga separah kemarin".
emang di umur 25 harus bisa meraih semua hal? oh tidak. gak harus, semua orang punya timeline hidup masing-masing gak harus di sama ratakan. 25 harus kerja bagus? 25 harus udah nikah? 25 kalo blm nikah nanti ketuaan? 25 harus sekolah luar negeri? wah sebel banget kalo di cap seperti itu. Memang ya hidup sawang sinawang, kita gak bakal tahu apa yang dilalui seseorang dalam mengambil suatu keputusan.
kalo ga patah hati.. aku ga bakal sadar kalo masih banyak yang support sayang tanpa batas. terutama keluarga, sahabat, dan kakak". Alhamdulillah meskipun sekarang lagi fokus nata hidup lagi pelan-pelan supaya sembuh dgn fokus naikin value dan sekolah lagi dengan baik dan lulus tepat waktu aamiin Ya Allah.. doakan yaa🤍
52 notes
·
View notes
Text
114.
Banyak hal baik yang ingin ku lewati bersamamu.
Masih banyak warna langit yang belum kita nikmati berdua,
Masih banyak perjalanan yang belum kita tempuh bersama-sama,
Masih ingin membahagiakan Papa, Bapak dan Ibuk yang sudah merawat kita,
Masih ingin meledakkan tawa bersama karena hal konyol di sekitar kita,
Masih mau menjadi kakak perempuan terbaik untuk kedua adik kita,
Masih panjang, panjang sekali bahagia yang ingin ku rajut bersamamu. Meski tahu, tidak selalu bahagia, aku tetap mau.
Jadi, sehat-sehat terus, ya. Jangan terlalu capek, jangan lupa rehat.
Petang, 18.38 | 29 Januari 2023.
102 notes
·
View notes
Text
Mamak Ayah
Segalanya. Bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tak cukup diungkapkan dengan rentetan kalimat panjang. Dan tak mungkin terbalas segala jasa berapapun harta yang kita miliki.
Aku sedang membicarakan mereka yang terkasih. Mereka yang paling tulus. Mereka yang paling banyak melangitkan doa ~ untuk kita (anaknya). Dua orang yang menjadi sebab kita ada.
Mamak.
Ayah.
Maaf aku hanya bisa menangis menulis ini.
Bahkan tak sanggup sekedar mengungkapkan segala terima kasih dan maaf atas semua salah.
Waktu begitu cepat ya ? Seakan baru kemarin aku selalu mengintili mamak dan diantar ayah ke simpang untuk ke sekolah dari SMP hingga SMA bahkan awal-awal semester perkuliahan.
Sedangkan sekarang harus mencari solusi sendiri, walau tak pernah luput setiap keputusanku akan kutanya kepada mamak dan ayah. Pun aku masih diantar jemput ngajar ngaji oleh ayah. Dan masih dibangunkan pagi oleh mamak.
Manja sekali aku. 23 tahun. Pasti banyak sekali harapan mamak dan ayah kepadaku. Seperti ucapan dan doa di ulang tahun ku kemarin.
Ayah dan mamak masuk kamar ku pagi-pagi saat aku masih setengah sadar. Wkwk
"Selamat ulang tahun kak, udah dewasa yaa, udah 23 tahun, semoga cepat wisuda, segera dapat kerjaan bagus, dan segera dapat jodoh yang baik" kata mereka bersamaan. Klasik dan standar masyarakat sekali yaa, tapi itu lah harapan semuanya. Aku hanya mengaminkan dalam posisi diatas tempat tidur. Habistu menangis bisu dalam hening sambil pura-pura tidur lagi.
Maaf kakak belum jadi apa-apa di umur segini mak, yah. Maaf masih belum dewasa. Maaf jika banyak pertanyaan orang-orang yang membuat mamak ayah bingung jawabnya terkait anaknya yang belum ini itu. Doain selalu yang terbaik. Semoga mamak ayah sehat-sehat selalu dan dilancarkan rezekinya oleh Allah hingga melihat anak-anakmu sukses, pergi ke negara impian kita semua, berumah tangga hingga menimang cucu. Aamiin
~Faa, menulis ini dengan banjir air mata
#tautannarablog6 #orangtua
18 notes
·
View notes
Text
Kadek Dista; Karena Anak panah Selalu Tau Kemana Arahnya
“Don’t Judge a book by its cover”
Bagi orang yang belum pernah berinteraksi dan hanya melihat Dista sekali, sering kali salah paham memaknai ekspresi wajahnya. Wajahnya yang cukup tegas, jika diam terlihat sangat serius bahkan cenderung galak dan cukup irit saat menjawab pertanyaan saat pertama bertemu. Namun seperti quote awal artikel ini bahwa terkadang apa yang kita lihat tidak sepenuhnya seperti apa yang kita lihat. Kalau kata Sherina Munaf mari kita lihat lebih dekat.
Cewek pintar dan penuh perhatian ini benar-benar murid, sahabat yang baik. Selalu bisa diandalkan dan memiliki fokus yang mengagumkan dalam mencapai tujuannya. Dista panggilan akrabnya telah memiliki tujuan yang jelas sejak kelas X SMA. Dista bahkan merasa bahwa materi-materi Matematika dan Fisika merupakan hal yang menjadi passion dia dan nantinya akan menjadi sesuatu yang ia tekuni di masa depan.
Konsisten dan berprinsip
Beberapa orang mungkin akan menilai cara ini kaku dan kurang fleksibel. Namun, sepanjang yang saya amati, Dista adalah orang yang memiliki prinsip sangat kuat. Bahkan ketika ia sudah berambisi terhadap sesuatu, ia tidak akan “tergoda” untuk melakukan hal lain atau sesuatu yang akan merusak fokusnya. Shout Out kepada orang tua Dista yang berhasil menanamkan nilai-nilai perjuangan, terutama fokus pada masalah utama dan paham apa yang perlu diprioritaskan.
Journey
Perjalanan Dista mungkin cukup unik dibanding anak-anak kelas 1951 yang lain. Ia pernah mendapat peringkat 1 di cabang, tapi secara konsisten selalu berada di 10 besar peringkat terbaik hasil TO. Melihat hal ini membuat kami cukup optimis dengan kelulusan UTBK. Namun sayangnya, Tuhan berkehendak lain, ia belum cukup beruntung untuk mendapatkan kursi di PTN impiannya ITB/ITS. Cukup menyesakkan dada jika diingat, karena butuh waktu lama pula untuk memulihkan hal tersebut. Namun, uniknya meskipun dia belum beruntung untuk diterima di jalur UTBK. Nilai UTBK dia adalah yang paling tinggi di kelas 1951 dan nyaris lolos di pilihan kedua Teknik Industri ITS.
Melihat kenyataan tersebut, sempat beberapa waktu ia mengalami demotivasi. Namun karena ia tekun dan benar-benar fight, ia lolos di empat Universitas ternama diantaranya Teknik Industri Universitas Brawijaya, Teknik Industri Universitas Diponegoro, Teknik Mesin UI melalui jalur tes dan Teknik Industri ITS. Bukan kaleng-kaleng sih emang anak ini!
Satu hal yang saya selalu kagum dengan Dista adalah ia benar-benar mau belajar dan ketika ia memiliki ambisi, ia benar-benar totalitas dalam mengejarnya. Good luck Ya Dis! I adore you.
Terlihat keras di luar tapi….
Hal lain yang saya kagumi dari Dista adalah cara dia menunjukan sisi kemanusiaannya. Siapa sangka anak yang cukup dingin diluar ini benar-benar perhatian dengan semua teman sekelasnya, bahkan saya pribadi sebagai wali kelas. Tidak hanya itu, Dista juga dijuluki sebagai ketua kelas di kelas 1951 karena tidak hanya punya jiwa leader yang natural namun juga sosok yang penuh perhatian dengan teman-teman terdekatnya. Ia juga selalu merayakan hal-hal yang dicapai oleh temannya dan bahkan sering membantu temannya jika belum mengerti akan satu materi. Meskipun beberapa sering komplain karena cara dia cepet banget. Tapi FYI, dia gapapa ngajarin dari konsep hingga orang itu ngerti. Salut!
—--------------
Menjelma sebagai sosok yang penuh karisma, tapi tetap memiliki cara untuk bercanda bahkan berbuat hal-hal konyol bersama temannya adalah bukan hal yang tidak mungkin dimiliki seorang manusia. Sosok ini juga yang menginspirasi saya untuk selalu percaya dengan mimpi dan tujuan kita. Dista adalah salah satu orang yang sering saya ceritkan di kelas konsultasi sebagai role model yang baik. Fokus dan ambisi Dista di bidang Matematika dan Fisika jadi modal dia untuk terus berkarya dan berprestasi di jurusan Teknik Industri saat ini.
Happy ur Uni Life ya Dista! Semoga kita bisa ketemu dan nongkrong2 lagi bareng anak 51. Kakak bangga banget ma kamu!
3 notes
·
View notes
Text
Makan yang banyak, jangan terlalu kenyang.
Hamid tak pernah menyukai pertemuan formal yang sesak seperti ini, dulu jika ada rapat orangtua mama pun jarang datang dan selalu diwakilkan oleh orangtua Ule—tetangga sekaligus teman mamanya. Makanya, hari ini dirinya lah yang sebagai orang dewasa mewakilkan kehadiran orangtua pada rapat pendidikan adik perempuannya.
Hamid selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Maya, ingin memberikan energi positif akan kehadiran sang kakak di sampingnya. Bahkan Hamid seringkali mengelus bahu atau mengajak ngobrol perempuan yang beranjak remaja itu untuk mendistraksi kesedihan melihat teman-temannya datang bersama orangtua mereka.
Tapi, Maya juga bangga ketika banyak pasang mata melihat ke arah kakaknya, binar-binar kagum dan senang akan paras Hamid yang begitu enak dipandang. Beberapa murid pun guru di sana sudah mengenal lelaki dengan jas hitam itu adalah alumni sekolah mereka.
Hamid hanya menangkap poin-poin penting tentang pendidikan dan acara-acara tertentu yang akan diadakan di sekolah adiknya.
Setelah selesai dengan tubuh yang gerah karena hari mulai beranjak siang ditambah perutnya yang belum terisi apa-apa, Hamid segera keluar dari sana setelah berpamitan dan Maya mengikutinya untuk mengantarkan sang kakak menuju parkiran.
“Aa kayak cowok fiksi yang Maya baca di novel,” kata gadis itu terkikik ketika Hamid mencari kunci motor di sakunya sementara jas yang sudah ia lepas tersampir pada tangan kirinya.
Maya melanjutkan ucapannya, “Aa cepet gedenya. Beda banget kalo lagi pake seragam sekolah sama jas begini.”
Lantas Hamid terkekeh menanggapi ucapan Maya. “Masa sih? Makin keliatan kah gantengnya?”
Gadis itu mengangguk semangat, setuju dengan tuturan kata sang kakak.
Dengan tengil Hamid menambahkan, “Bukannya Aa dari dulu gantengnya nggak pernah luntur ya?”
Tentu saja, hal itu malah membuat Maya mencebik kesal, lagi-lagi ya kakaknya itu kalau dipuji sekali dia akan percaya diri dua kali lebih banyak. “Ya, ya penting Aa seneng.”
Lelaki itu kembali mengenakan jas pada tubuhnya, membenarkan letak kacamata dan mengambil helm untuk segera ia pakai. “Nanti kalau pulang jangan lupa kasih tau Aa ya?” usulnya menatap Maya yang tak melepaskan pandangannya dari wajah sang kakak. Gadis itu hanya menjawab dengan anggukan kepala sebagai responsnya.
Tarikan tangan kecil di jas miliknya membuat Hamid menolehkan kepala menatap raut wajah sang adik yang sulit untuk ia cerna. Bahkan kepalanya belum siap mencari jawaban ketika tiba-tiba adiknya bertanya, “Aa sekarang bahagia, 'kan?” —atas banyak kenyataan yang menimpanya bertubi-tubi.
Lengkung bibirnya seperti sulit untuk ditarik membentuk senyuman yang akan menghilangkan tanda tanya di kepala mungil gadis di depannya. Hamid jadi banyak berpikirnya untuk pertanyaan sesederhana yang dilontarkan Maya padanya.
Beberapa waktu terlihat singkat, namun bak menunggu bertahun-tahun lamanya untuk Maya tahu jawaban Hamid sebenarnya.
“Emangnya ada alesan Aa sekarang nggak bahagia?” katanya dengan nada sumbang, dan tawa memalukan kalau jelas-jelas terdengar.
Terlihat seperti kepura-puraan yang tak Maya pahami.
Lantas gadis itu berakhir tak peduli, toh, sudah ia dengar sebenar-benarnya jawaban. Apa yang harus ia takutkan? Maya tersenyum lebar pada akhirnya.
Pun Hamid tersenyum sebagai balasan, mengusap kepala sang adik sejenak sebelum mengeluarkan motornya dari tempat parkiran.
“Hati-hati, A!” kata sang adik yang dibalas lambaian tangan oleh kakaknya.
Hamid membawa motor miliknya menjauh dari sekolah itu, menjemput satu-satunya bahagia yang ia miliki saat ini.
Bagi Hamid, kekasihnya adalah satu-satunya bahagia yang ia bawa dari masa-masa berat itu. Hanya tersisa Disa dari segala memori baik yang merenggutnya habis.
Kesepian—lebih seperti kehampaan yang Hamid rasa selepas semuanya tak lagi sama seperti semula. Maka, dengan bertemu Disara—gadis yang menemani masa-masa sulitnya—Hamid merasa sembuh seketika, kehadiran kekasihnya mampu mengusir rasa kesepian pada hari-harinya.
Disa tumbuh dengan cepat, sama seperti dirinya. Parasnya semakin dewasa, semakin cantik dengan rambut panjang—yang tak Hamid kira-kira akan panjang lebih cepat dari dugaannya—pun senyumnya makin mengembang manis. Walau kadang gadis itu masih gengsi untuk meminta atau memanggilnya lebih romantis seperti kebanyakan pasang kekasih, tapi Hamid tak terlalu memusingkan hal itu.
Di ujung jalan ramai tempat orang-orang menepi sejenak untuk duduk di bawah rindangnya pohon, terlihat seorang gadis familier sedang bicara dengan seorang lelaki asing di mata Hamid, namun Disa tampaknya mengenal dengan baik sebab gadis itu tampak nyaman bicara dengannya.
Saat motor Hamid mendekat barulah jelas siapa laki-laki dengan kemeja tartan dan tas tersampir di bahunya, mereka alihkan atensi pada seorang lelaki berjas hitam memanggil kekasihnya.
Disa tersenyum lebar melihat Hamid menepikan motor di dekatnya, mereka bertegur sapa sejenak dan Hamid memberikan helm pada kekasihnya.
“Nunggu lama nggak?” tanya Hamid pada Disa yang sedang memasang helm kaca di kepalanya. Ditanggapi gelengan kepala dari sang kekasih.
Hamid alihkan atensi pada lelaki yang sedari tadi memandang mereka setelah Disa berpamitan pada orang itu.
“Kak, saya duluan, ya!” pamitnya yang dibalas anggukan dari lelaki itu sementara Hamid pun ikut bereaksi sama seperti Disa yang menundukkan kepalanya sopan untuk pamit pulang.
“Siapa tuh?” tanya Hamid ketika motor mereka melaju menjauh dari sana.
“Kakak tingkat aku,” jawaban Disa direspon oh ria oleh kekasihnya. Hamid tak terlalu banyak bertanya atau resah karena perutnya berteriak ingin segera diisi.
Mereka tidak tau mau mengisi perut ke mana, Disa bertanya dengan menepuk pelan punggung Hamid yang sedang fokus menyetir kuda besi miliknya. “Mau makan apa?”
“Bingung, bubur aja kali ya,” jawab Hamid membuat Disa mencebik bibirnya.
“Kok makan siang bubur, tadi perut kamu udah diisi emangnya?”
“Belum."
Mendengar jawaban kekasihnya yang makin membuat Disa kesal, lantas gadis itu refleks menampar punggung Hamid tak keras namun mampu membuat kekasihnya berjengit kaget. “ADUH!” Untung saja motornya tidak hilang keseimbangan.
“Perut kosong sampe siang cuma mau makan bubur doang?!”
“Iya atuh iya, apa ya?” Barangkali perut kosong membikin kepala Hamid ikut kosong juga.
“Itu aja tuh di depan ada kupat tahu.” Disa menunjuk pedagang kaki lima yang tak jauh dari jalur mereka.
“Ah, bosen atuh, Sa!” keluh Hamid.
“Biarin atuh kenyang, aku juga lagi pengen,” katanya.
Fakta menarik di hubungan mereka; yang paling ribet soal makanan sudah pasti Hamid.
“Ya udah, tapi disuapin kamu ya?” ujarnya tengil yang dibalas cubitan ringan di pinggang Hamid oleh kekasihnya.
“Enak nggak?”
Pertanyaan retoris yang dilontarkan Disa di depannya hanya dibalas deheman dan senyum singkat oleh kekasihnya yang sedang sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Disa tak lanjut bertanya, membiarkan Hamid di depannya itu makan dengan lahap sementara ia memperhatikan lelaki berkemeja hitam yang digulung hingga sikut dengan rapi, jas miliknya sudah ia simpan pada bangku di sampingnya. Beberapa kali Hamid membenarkan letak kacamata pada batang hidungnya.
Surai hitam pemuda itu sudah tak tertata dengan rapi lagi, ditelisik dengan saksama bahwa rambut itu panjangnya sudah sampai belakang telinga.
Disa menyadari banyak hal bahwa kekasihnya sudah tumbuh dewasa, kontras ketika menjadi bocah SMA tengil dan mahasiswa maskulin dengan kemeja hitamnya.
Hamid banyak berubah, dan Disa tak bisa memprediksi perubahan yang Hamid bawa akan menjadi hal yang baik atau tidak.
Ia usap surai hitam yang jatuh di dahi pemuda itu, membenarkannya agar tidak menganggu kekasihnya yang sedang makan siang. Namun, siapa sangka sentuhan tiba-tiba itu membuat Hamid tersedak dan Disa kaget.
“Pelan-pelan ai kamu,” kata Disa memberikan segelas air putih untuknya.
“Atuh kaget dipegang-pegang,” ujar Hamid membuat Disa mendelik.
“Aku benerin rambut kamu ih,” bela gadis itu dan menambahkan ucapannya, “Rambutnya potong, Mid. Udah mau panjang gitu nanti ganggu kamu.”
“Nggak ah, mau dipanjangin biar bisa dikepang,” candanya.
“Kayak yang bisa aja.”
“Lho, kan ada kamu.” Hamid tersenyum hingga matanya menyipit di balik kacamatanya itu.
“Hahahaha iya deh, tapi kalo kamu nggak skip sarapan terus. Nanti sekalian aku sanggulin rambut kamu,” katanya dengan jenaka.
Hamid tertawa mendengar, tersenyum lagi, lalu makan lagi. Sementara gadis itu diam-diam terkekeh sembari memperhatikan kekasihnya.
“Habisin, makan yang banyak,” kata Disa dengan nada yang tenang.
Makan yang banyak, Mid. Tapi, jangan sampai kenyang, soalnya aku mau temenin kamu duduk di angkringan kaki lima setiap hari. Atau aku bakal belajar masak apa-apa yang bikin perut kamu senang, sebab aku tau betul rumah milik kamu itu punya tempat paling dingin—barangkali bakal jadi tempat yang nggak pernah lagi disentuh pemiliknya—meja makan keluarga di sudut rumah sederhana.
85 notes
·
View notes
Note
Menurut kakak, apa hal terbaik yg kakak rasa bahwa itu adalah alasan kakak diciptakan oleh Allah?
Beribadah
Bangun dengan niat karena Allah itu ibadah
Makan dengan niat karena Allah itu ibadah
Mandi dengan niat karena Allah itu ibadah
Kerja/kuliah/beraktivitas karena Allah itu ibadah
Istirahat karena Allah itu ibadah
Main karena Allah itu ibadah
Nongkrong karena Allah itu ibadah
Semua aktivitas kita, jika karena Allah itu ibadah
Untuk apa? Supaya Allah ridho
11 notes
·
View notes
Text
Kalau Nanti Jadi Istri
Tahun-tahun sebelumnya ngalamin ruwetnya jadi operator buat daftarin anak-anak masuk sekolah lanjutan. Menghadapi kecemasan orang tua siswa, yang ingin anaknya keterima disekolah tujuan. Tahun ini bantu-bantu tetangga buat daftarin anaknya sekolah. Menyaksikan perjuangan mereka, mulai dari persayaratan yang ribet buat daftar, habis keterima mikirin lagi biaya sekolah. Kesana-kemari mengusahakan untuk anaknya.
Jadi ingat dulu waktu Ami dan Ai sekolah. Kondisi ekonomi orang tua saya saat itu qadarullah belum senyaman ketika masa saya sekolah. Ingat betul pernah mengantar Mamah buat pinjam uang ke kerabat untuk bayar daftar ulang sekolah. Jalan kaki, tahan malu, jauh berkilo-kilo meter, panas terik.
"Neng haus gak? Mau beli minum?"
"Engga mah, masih kuat kok. Duduk dulu sebentar disitu aja ya mah, sejuk kayanya."
Saya tahu boro-boro buat beli minum, kalau adapun mungkin kami sudah naik angkot.
Kejadian ini bikin saya merefleksikan masa depan. Tetiba kepikiran....
Kalau nanti jadi istri....
Ini jadi pengingat untuk saya. Bahwa kebaikan yang orang tua berikan kepada anaknya itu banyak sekali. Pengingat untuk saya bila nanti menjadi seorang istri. Bahwa taat dan bakti saya nanti ke suami saya gak akan bisa dibandingkan dengan pengorbanan Ibu dan Bapaknya. Gak akan bisa menyetarai kebaikan yang telah diberikan orang tuanya. Ibunya mengandung dengan penuh kepayahan, melahirkan dengan bertaruh nyawa, mengorbankan banyak hal baik itu karir, relasi, mimpi-mimpi. Begitu juga bapaknya mencari nafkah halal dengan berpeluh lelah demi memastikan anaknya bisa sekolah. Penuh keringat bahkan mungkin berdarah-darah sebab banyak sekali pekerjaan yang konsekuensinya adalah bertaruh nyawa. Puluhan tahun segalanya diusahakan yang terbaik oleh orang tuanya.
Lalu datang seorang wanita, yang menjadi pelengkap dalam hidupnya. Ketika ada masalah dengan ibunya, penuh egois mengatakan 'kamu pilih aku atau ibumu?' Ah rasanya tak pantas. Tidak. Sangat tidak pantas. Sangat tidak tahu malu. Semoga wanita itu bukan saya ataupun kamu, ya.
Bila saya ingat kebaikan, doa, jasa, tenaga, waktu, pengorbanan, perjuangan, dan semua yang orang tua saya upayakan untuk kedua kakak laki-laki saya. Rasanya apapun yang kakak laki-laki saya berikan untuk kedua orang tua saya, tidak akan pernah bisa membalas semua itu. Maka, saya juga jadi belajar untuk memposisikan diri sebagai teman hidup dari seorang laki-laki nantinya. Laki-laki itu hidup puluhan tahun dengan kebaikan dan jasa orang tuanya. Maka sudah selayaknya saya menjadi supporter terdepan untuk ia berbakti kepada Ibu dan Bapaknya.
Untuk orang tua saya:
Mamah dan Bapak terima kasih telah ridho menjadi orang tua kami.
Mah, Pak. Semoga kebaikan itu menjadikan Allah ridho kepadamu. Terima kasih sudah mendidik kami, secara langsung ataupun tidak. Secara tersurat maupun tersirat.
Mah, Pak. Kalau nanti saya bisa menjadi anak mantu yang baik. Itu sebab kebaikan Allah ta'ala, dan kalian menjadi perantaranya.
41 notes
·
View notes